Menurut Ismoyo (1994) kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya.
Dalam setiap organisme memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap setiap perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya. Permasalahan yang terjadi kini adalah menurunnya kualitas air tambak atau perairan area budidaya yang dipicu oleh pembusukan sisa pakan di dasar tambak dan penyebaran bahan-bahan beracun yang meningkat di dalam tambak.
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya, karena hanya dengan pakan yang baik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral.
Bebicara tentang kualitas air tak lah asing lagi didengar bagi seorang pembudidaya karena hal inilah merupakan salah satu kunci utama berhasil atau tidaknya suatu organisme yang dipelihara, yang dimana didalam kualitas air dapat dipengaruhi oleh beberapa bagian diantaranya oksigen terlarut dalam perairan, suhu, bahan organik ,pH, kecerahan dan kekeruhan dan lain sebagainya.
Suhu
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun;
2) Kecepatan reaksi kimia meningkat;
3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organism perairan (Brown dan Gratzek, 1980). Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 – 40 C merupakan suhu kritis bagi kehidupan organism yang dapat menyebabkan kematian.
Di Indonesia, suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,2 C sampai 34,6 C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 C sampai 30 C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah dibanding suhu udara disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan budidaya perikanan (BPS, 2003; Cholik et al.,2005).
Beberapa pengamat menemukan bahwa udang windu tidak dapat hidup pada suhu kurang dari 15°C atau lebih dari 40°C. Suhu optimal bagi udang windu adalah 28°C - 30°C. Selain pengaruh langsung yang mematikan, suhu juga secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air. Setiap kenaikan suhu 10°C, akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar 2 kali. Sebagai contoh, reaksi keseimbangan amoniak : NH OH4 ——-> NH2 + H2 O, akan bergeser ke arah kanan yang menyebabkan persentase amoniak (NH) semakin besar. Perlu diketahui bahwa Amoniak lebih bersifat racun daripada Amonium (NH OH)4. Pada PH 8,0 dan suhu 25°C, persentase NH3 adalah 5,38 % sedangkan pada PH yang sama dengan suhu 30°C persentase NH3 menjadi 7,46 %.
Oksigen
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Hardjojo dan 0,0-15,0 mg/l (Hadic dan Jatna, 1998). Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis dan tidak terdapat bahan lain yang bersifat racun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di periaran (Pescod, 1973). Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 – 8 mg/l (Mayunar et al., 1995; Akbar, 2001).
PH
Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974).
pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005).
Kecerahan dan kekeruhan
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Boyd, 1982).
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor. Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil tersuspensi lainnya. Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman pencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar matahari masuk ke dalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolism makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan Santika, 1987).
Sumbernya nggak ada.
BalasHapusThe Top 14 Las Vegas Casinos Near The Strip
BalasHapus1. Golden 제주 출장샵 Nugget Las Vegas Casino & Hotel; 강원도 출장안마 2. Planet Hollywood Las Vegas 청주 출장마사지 Casino & Hotel; 용인 출장샵 3. Harrah's Hotel and Casino; 4. Caesars Palace Las 양주 출장샵 Vegas