Senin, 13 Juni 2011

HUBUNGAN PAKAN DENGAN KUALITAS AIR


Menurut  Ismoyo  (1994)  kualitas  air  adalah  suatu  keadaan  dan  sifat-sifat fisik, kimia  dan  biologi  suatu  perairan  yang  dibandingkan  dengan  persyaratan untuk keperluan  tertentu,  seperti  kualitas  air  untuk  air  minum,  pertanian  dan perikanan, rumah   sakit,   industri   dan   lain   sebagainya. Sehingga   menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya.
Dalam setiap organisme memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap setiap perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya.  Permasalahan yang terjadi kini adalah menurunnya kualitas air tambak atau perairan area budidaya  yang dipicu oleh pembusukan sisa pakan di dasar tambak dan penyebaran bahan-bahan beracun yang meningkat di dalam tambak.
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya, karena hanya dengan pakan yang baik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral.
Bebicara tentang kualitas air tak lah asing lagi didengar bagi seorang pembudidaya karena hal inilah merupakan salah satu kunci utama berhasil atau tidaknya suatu organisme yang dipelihara, yang dimana didalam kualitas air dapat dipengaruhi oleh beberapa bagian diantaranya oksigen terlarut dalam perairan, suhu, bahan organik ,pH, kecerahan dan kekeruhan dan lain sebagainya.

Suhu
Hardjojo  dan  Djokosetiyanto  (2005)  menyatakan  bahwa  suhu  air  normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat  melakukan metabolisme  dan berkembangbiak.  Suhu  merupakan  faktor  fisik  yang  sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat  digunakan  untuk  menentukan  densitas air. Selanjutnya,  densitas  air  dapat digunakan  untuk  menentukan  kejenuhan  air.  Suhu  air sangat  bergantung  pada tempat  dimana  air  tersebut  berada.  Kenaikan  suhu  air  di badan air  penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 
1)  Jumlah  oksigen  terlarut  di  dalam  air  menurun;
2)  Kecepatan reaksi kimia meningkat;
3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
Jika batas suhu yang  mematikan  terlampaui,  maka  akan  menyebabkan  ikan  dan  hewan  air lainnya mati. Kenaikan  suhu  perairan juga  menurunkan  kelarutan  oksigen  dalam  air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan disamping akan menaikkan  daya racun  suatu  polutan  terhadap  organism perairan  (Brown  dan Gratzek,  1980).  Selanjutnya  Kinne  (1972)  menyatakan  bahwa suhu  air  berkisar antara  35    40 C  merupakan  suhu  kritis  bagi  kehidupan  organism yang  dapat menyebabkan kematian.
Di  Indonesia,  suhu  udara  rata-rata  pada  siang  hari  di  berbagai  tempat berkisar antara 28,2 C sampai 34,6 C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 C sampai 30 C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari  atas  permukaan  laut. Suhu  air  umumnya  beberapa  derajat  lebih  rendah dibanding suhu udara disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan budidaya perikanan (BPS, 2003; Cholik et al.,2005).
Beberapa pengamat menemukan bahwa udang windu tidak dapat hidup pada suhu kurang dari 15°C atau lebih dari 40°C. Suhu optimal bagi udang windu adalah 28°C - 30°C. Selain pengaruh langsung yang mematikan, suhu juga secara tidak langsung mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air. Setiap kenaikan suhu 10°C, akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar 2 kali. Sebagai contoh, reaksi keseimbangan amoniak : NH OH4 ——-> NH2 + H2 O, akan bergeser ke arah kanan yang menyebabkan persentase amoniak (NH) semakin besar. Perlu diketahui bahwa Amoniak lebih bersifat racun daripada Amonium (NH OH)4. Pada PH 8,0 dan suhu 25°C, persentase NH3 adalah 5,38 % sedangkan pada PH yang sama dengan suhu 30°C persentase NH3 menjadi 7,46 %.

Oksigen
Oksigen  terlarut  merupakan  kebutuhan  dasar  untuk  kehidupan  makhluk hidup didalam   air   maupun   hewan   teristrial.   Penyebab   utama   berkurangnya oksigen terlarut  di  dalam  air  adalah  adanya  bahan-bahan  buangan  organik  yang banyak mengkonsumsi  oksigen  sewaktu  penguraian  berlangsung  (Hardjojo  dan 0,0-15,0 mg/l (Hadic dan Jatna, 1998). Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis dan tidak terdapat bahan lain yang bersifat racun, konsentrasi  oksigen  minimum sebesar  2  mg/l  cukup  memadai  untuk  menunjang secara normal komunitas akuatik di periaran (Pescod, 1973). Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 – 8 mg/l (Mayunar et al., 1995; Akbar, 2001).

PH
Pescod   (1973)   menyatakan   bahwa   toleransi   untuk   kehidupan   akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya  variasi  bermcam-macam anion  dan  kation,  jenis  dan  daur  hidup biota.  Perairan basa  (7    9)  merupakan  perairan  yang  produktif  dan  berperan mendorong  proses perubahan  bahan  organik  dalam  air  menjadi  mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974).
pH   air   yang   tidak   optimal   berpengaruh   terhadap   pertumbuhan   dan perkembangbiakan  ikan,  menyebabkan tidak efektifnya pemupukan  air  di kolam dan meningkatkan  daya  racun  hasil  metabolisme  seperti  NH3   dan  H2S.  pH  air berfluktuasi  mengikuti  kadar  CO2  terlarut  dan  memiliki  pola  hubungan  terbalik, semakin  tinggi  kandungan  CO2  perairan,  maka  pH  akan  menurun  dan  demikian pula sebaliknya.  Fluktuasi  ini  akan  berkurang  apabila  air  mengandung  garam CaCO3 (Cholik et al., 2005).

Kecerahan dan kekeruhan 
Cahaya  matahari  merupakan  sumber  energi  yang  utama  bagi  kehidupan jasad termasuk  kehidupan  di  perairan  karena  ikut  menentukan  produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan  laju produktivitas  primer  perairan,  sebagai  sumber  energi  dalam proses fotosintesis (Boyd, 1982).
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari  untuk fotosintesa.  Kekeruhan  ini  disebabkan  air  mengandung  begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor. Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan   organik   yang tersebar   secara   baik   dan   partikel-partikel   kecil tersuspensi  lainnya.  Tingkat kekeruhan  air  di  perairan  mempengaruhi  tingkat kedalaman pencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat  sinar  matahari  masuk  ke dalam  air.  Pengaruh  tingkat  pencahayaan matahari  sangat  besar  pada  metabolism makhluk  hidup  dalam  air,  jika  cahaya matahari  yang  masuk  berkurang  maka  makhluk hidup  dalam  air  terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan Santika, 1987).

2 komentar:

  1. The Top 14 Las Vegas Casinos Near The Strip
    1. Golden 제주 출장샵 Nugget Las Vegas Casino & Hotel; 강원도 출장안마 2. Planet Hollywood Las Vegas 청주 출장마사지 Casino & Hotel; 용인 출장샵 3. Harrah's Hotel and Casino; 4. Caesars Palace Las 양주 출장샵 Vegas

    BalasHapus